Sudah beberapa minggu lewat dari kegiatan PPLK berakhir. Bagi yang tidak tahu PPLK, PPLK itu kependekan dari Program Pengalaman Lapangan Kependidikan. Iya. Sudah kurang lebih 2 bulan saya melaksanakan
kewajiban sebagai mahasiswa tingkat akhir dan salah satu prasyarat menuju
Sarjana.
Dua bulan yang saya tempuh di salah satu SMP Kota Serang dengan berbagai hal yang
menyebalkan, menyenangkan, haru dan menegangkan. Semuanya sudah saya alami. Tentu
hal-hal tersebutlah membuat saya banyak belajar, bukan hanya belajar bagaimana
cara mengajar yang baik tapi menjadi pendidik yang sesuai dengan pandangan
saya.
Tentu
2 bulan bukan waktu yang lama untuk mengenal dan memahami mereka semua. Itu
tidak mudah. pertama-tama, kamu harus mengikuti mereka dahulu, selanjutnya membuat mereka
nyaman kepadamu maka dengan begitulah mereka akan senantiasa mematuhimu. Tapi
butuh waktu yang tidak hanya 1 atau 2 hari tetapi berhari-hari, kita tidak usah menjadi keras atau kasar karena itu takkan berlaku di zaman sekarang. Ini prinsip saya!
Ada
banyak pengalaman disana yang membuat saya terkejut-kejut. Iya. Mungkin karena
ini pertama kalinya saya mengajar anak SMP yang begitu sangat hiperactive. Semua
murid ingin diperhatikan, ingin dilihat bahwa mereka luar biasa. Ingin mendapat
pandangan mataku atau sekedar ingin dikatakan “kamu benar nak” . "iya, jawaban yang bagus". Mungkin
hal-hal tersebutlah yang membuat mereka begitu luar biasa tak terkendali.
Pada
suatu ketika, aku menyuruh mereka untuk mengerjakan tugas secara berkelompok dan sementara aku keluar sebentar untuk mengambil spidol yang tertinggal di ruangan PPL kira-kira hanya 5 menit tiba-tiba, Suara
bergemuruh riuh ramai datang dari kelas tempatku mengajar.
“lbu
Ririn mengajar dikelas apa? Dikelas A bukan? Itu muridnya ada yang berantem!” Ungkap teman saya yang baru saja selesai mengajar.
Sontak
saya langsung terburu-buru, bukan karena saya takut mereka kenapa-kenapa, tapi
lebih karena saya sadar bahwa saya hanya praktikan PPL yang sedang bertanggung
jawab di sebuah sekolah, saya seorang yang baru dan sudah berani meninggalkan kelas dengan
kelas yang muridnya sedang bertengkar. Bagaimana nanti omongan saya dengan guru
pamong saya. Itulah yang saya pikirkan.
Sesampainya
dikelas saya bukannya dapat bertindak dengan cepat, saya seperti artis idola
yang di kerubungi oleh fansnya yang kali ini adalah murid dikelas tersebut. Menarik
tangan saya dan berteriak-teriak.
“ibu, aita berantem sama juhro!”
“ibu! Itu tadi
aita nonjok juhro!”
“ibu, ini begini ceritanya”
“ ibu, begitu ceritanya!” dan
banyak lagi. Hingga saya bingung bagaimana memulai meredamkankan mulut-mulut
mereka yang asik berkicau ingin saya perhatikan satu-satu. Dan semakin
kencang benar-benar kencang.
“DUDUUUUUUUUUUUKKK!!!”
--- Saya berteriak lantang. Mereka sontak langsung berhamburan tak karuan
berebut kursi mereka sendiri seakan kursi mereka akan dibawa lari orang lain.
Setelah
mereka duduk ditempat masing-masing, kicauan mulut mereka belum juga tertahan
untuk sekedar berhenti mendengarkan saya.
Lalu
saya keluarkan uang Rp. 20.000 didepan mereka, “Lihat ini, berapa nominalnya?”
mereka sontak mengalihkan pandanganya kepada saya. “DUA PULUH RIBU” . yes! Mereka
sudah mulai teralihkan oleh saya. Saya lecakan uang tersebut didepan mereka, saya
injak-injak!.
"Mau uangnya gak ?" saya Tanya dengan lembut. Balasan mereka hanya
diam serempak. Saya tanya lagi, "Ada yang mau ? ambil uang ini. Uang yang sudah
kotor dan sudah lecak. Masih ada yang mau ?" Tanya saya kedua kali.
“Masih
bisa digunakan tidak uangnya?” Tanya saya. Mereka jawab “masiiiih!!!!!” lalu
saya tanya kembali . “Kenapa uang ini sudah lecak, kotor tapi masih bisa kalian
gunakan?”
Mereka
diam, mungkin sedang memikirkan sesuatu atas pertanyaan saya. Setelah 5 menit
tak ada yang berani menjawab. Akhirnya saya membuka suara.
“karena
– uang ini memiliki NILAI”
“Kalian
ngerti gak maksud ibu?” …
mereka diam, perlahan mulai memandang saya - akhirnya mereka tenang. AKHIRNYA !!!!!
“saya
engga tahu ya, kenapa Aita dan Juhro bertengkar sampai saling nonjok menonjok?
Siapa yang mulai duluan? Kamu juhro?”
“Aita
bu” menjawab sambil menghapus airmatanya. OH TUHAAN, Ini cewek METAL BANGET !!!
ungkap saya didalam hati. saya langsung tidak bisa berkata apa-apa mendengar jawaban juhro.
Kenapa anak
cewek ini bertengkar dengan laki-laki jago sekali. Saya kembali mengingat masa
SMP saya – apakah saya demikian? Engga kok. Saya saat SMP kalem-kalem saja. (masa?)
Saya
teringat ucapan kakak tingkat saya ketika pengalamannya PPLK bahwa apa yang
kita alami di sekolah nanti, kita akan melihat flashback diri kita masa lalu. (Waw!)
Akhirnya saya tahu kenapa aita sering sekali bertengkar dengan laki-laki. Kenapa bisa
sebegitu jagoannya dengan memukul laki-laki. Padahal saat itu, juhro hanya tidak
sengaja melempar tipe-x ke mukanya dan menurut aita itu adalah ketidaksopanan. Hadeeuh!
Andai dia tahu bahwa menonjok oranglain itu lebih parah dari kata “tidak sopan”!
“Aita
dirumah sering dimarahin ayah dan kadang ayah mau mukul aita", katanya aku nakal
dan bla la blaa. Ia nangis terisak-isak dan begitu tersiksa dengan memendam
ketakutan akan sesuatu, saya memeluknya dan saya selalu mengatakan bahwa tidak
boleh ada satupun murid ibu yang boleh disakiti”
sontak saja terenyuh, tapi saya tidak boleh melarutkan perasaan saya didalamnya. saya tahu dia anak yang pintar, dan bisa diandalkan. hanya saja berbagai faktor bisa merubah anak. (cielah)
Aitaaa, kamu tahuuu .. (saya perlahan memulai omongan.!)
Kenapa
uang yang ibu lecak dan ibu injak-injak walaupun begitu ia tetap bisa digunakan
untuk membeli sesuatu yang besar?
Itu karena NILAI yang ia bawa. Biarlah kita
bukan anak presiden, bukan orang yang kaya atau bukan orang yang terkenal. Tapi
kita harus bisa jadi seseorang yang bisa menunjukkan bahwa kekayaan itu bukan
segalanya, menjadi orang terkenal itu juga bukan segalanya. Tapi kita harus
menjadi LUAR BIASA BAIK HATI, TETAP RENDAH HATI dan TERUS BELAJAR UNTUK BISA
LEBIH BAIK DARI KEMARIN! Maka ilmu yang kalian punya itulah yang akan membawa
kalian ketempat yang kalian mau.
mendengar itu, ia hanya manggut-manggut. anak-anak yang lainpun sama. diam. Sesekali menunduk bahkan terlihat berpikir atau mungkin sudah mulai jenuh. aaah biarlah - setidaknya bisa sedikit masuk ke dasar sukma mereka!
Jangan
bertengkar lagi yaa, nak! Belajar lah terus – tidak ada yang bisa menyakiti
murid-murid ibu. sekaranga kalian maafan ..
mereka saling memafkan dan bukannya semakin berdamai .
satu kelas mengatakan "CIEEEEEE" ---
hadeuh - kaliaaaan inii ..😕
Tidak ada komentar