Tingkah Laku Ikan Dan Psikologinya, Benarkah Sama Dengan Manusia?




Ketika kita membicarakan tentang ikan, pikiran utama kita biasanya langsung menjurus kepada makhluk yang hidupnya didalam air dan bernafas melalui insang. Jika kita mendeskripsikan ikan dari sisi Biologi, penjelasannya menjadi lebih luas yaitu ikan merupakan anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang dapat ditemukan dihampir semua “genangan” air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman yang bervariasi dengan organ pernafasannya menggunakan insang. Hal lain yang perlu diketahui mengenai ikan bahwa secara taksonomi, ikan termasuk golongan kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Seperti yang sedikit banyak kita ketahui bahwa ikan dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu ikan tanpa rahang, ikan bertulang rawan, ikan tanpa rahang dan ikan bertulang keras. 

Ikan menjadi salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, sehingga seperti telah kita ketahui bahwa upaya penangkapan ikan dengan berbagai metode telah dilakukan sejak zaman nenek moyang yang hasil penangkapannya akan dijual dan kemudian dikonsumsi oleh manusia sebagai nutrisi terbaik bagi tubuh. Penangkapan-penangkapan yang dilakukan oleh nelayan, pemancing atau penambak ikan lainnya tidak lepas dari pengetahuan lapangan ataupun penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan menghubungkan tingkah laku dan fisiologi ikan sehingga dapat mengefektifkan dan mengefisienkan cara tangkap agar mendapatkan ikan yang lebih banyak tanpa merusak sistem perairan tersebut.

Tingkah laku ikan sangat dipengaruhi oleh cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. Tingkah laku ikan tersebut diwujudkan dalam bentuk gerakan tubuh baik dari dalam maupun dari luar tubuh ikan. Nah, salah satu organ yang berperan dalam membentuk tingkah laku ikan terhadap lingkungan adalah mata. Kemampuan mata ikan memungkinkan ikan bisa melihat pada hampir keseluruhan lingkungannya, sehingga mata ikan merupakan indera yang sangat penting digunakan untuk mencari makanan dan menghindari dari pemangsa atau alat tangkap. Kemampuan ikan untuk melihat kondisi lingkungan dimanfaatkan dalam proses penangkapan ikan, kemampuan penglihatan ikan dimanfaatkan untuk mengarahkan ikan masuk ke dalam alat tanpa disadari oleh ikan tersebut. Namun, kemampuan penglihatan ikan kadang juga menyebabkan ikan dapat melihat alat tangkap atau benda asing yang membahayakan dirinya, sehingga kemudian ikan akan menghindar dan kadang juga meloloskan diri melewati celah alat tangkap yang ikan lihat yang merupakan jalan keluar dari benda yang dianggapnya membahayakan. 

Kemampuan mata ikan yang luar biasa tersebut, membuat penulis memikirkan persepsi menarik jika ketika kita pelajari dan hubungkan dengan fisiologi manusia yang dilihat dari hubungan antara mata dengan koordinasi sistem saraf pada otak dimana yang jika dikembangan lebih luas lagi kita dapat menghubungkan kepada tingkah laku yang terjadi pada ikan dari sisi psikologinya. Ya, Jadi kita akan menyadari bahwa ternyata tingkah laku ikan tersebut sama hal dengan tingkah pola perilaku manusia. 

Seperti telah kita ketahui bahwa alat indera manusia erat kaitannya dengan sistem saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Untuk mengendalikan dan mengatur kegiatan alat-alat tubuh maka didalam tubuh terdapat sistem koordinasi yang terdiri dari sistem saraf dan sistem hormon. Alat Indera manusia terdiri dari mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Saya beri contoh dengan alat indera mata, kita dapat melihat pemandangan yang luar biasa, membaca buku, mengingat benda, mengingat bentuk benda dsb. Hal lainnya yaitu Jika kita menerima rangsang yang selaras, rangsang itu diolah sehingga kita mendapatkan pesan dan menyadari sesuatu sebagai akibat rangsang itu. Misalnya terdapat cahaya yang selaras mengenai sel-sel indera pada selaput pelangi mata kita, sel indera itu dipengaruhi kemudian rangsang tersebut akan dilanjutkan ke otak dan akibatnya kita menyadari adanya cahaya itu atau kita melihat sesuatu.

 Dalam hal ini, mata  hanya peka terhadap rangsang cahaya dan rangsang yang lain tidak dapat menimbulkan reaksi terhadap indera penglihatan kita. Hal tersebut kerap kaitannya dengan kemampuan penglihatan ikan, dimana menurut Purbayanto (2010) bahwa pada kebanyakan ikan, mata adalah reseptor penglihatan yang sangat sempurna. Beberapa kemampuan yang dimiliki ikan adalah dapat melihat kearah permukaan air ataupun kebagian dasar peraiaran. Jarak penglihatan ikan tergantung pada sifat penglihatan dan juga keadaan penglihatan dalam air. Pada kejernihan yang baik dan terang maka jarak penglihatan untuk benda-benda yang kecil bergantung pada kemampuan jelasnya penglihatan mata ikan itu sendiri. Sebagian besar ikan dapat membedakan warna, biasanya untuk ikan yang hidup dilapisan air dangkal yang banyak menerima cahaya matahari. Sedangkan untuk ikan laut dalam, banyak diantaranya yang tidak dapat membedakan warna merah. 

Nah, respon mata ikan saat melihat makanan, pemangsa, bahkan ancaman untuk dirinya langsung dikirim ke sistem saraf ikan sehingga secara langsung dapat mempengaruhi tingkah laku si ikan. Sehingga sangat mirip jika dikaitkan kepada respon otak manusia saat melihat rangsang tertentu, yaitu salah satu contoh saya gunakan ialah koordinasi antara mata dan otak dalam pengenalan huruf atau kata dan benda tertentu. Ketika membaca, mata melihat kelompok kata. Mata melakukan persepsi terhadap kata-kata tersebut kemudian mengirim sinyal ke otak tentang teks yang dilihat. Kita melihat objek sebagai sebuah gambar. Apapun yang kita lihat, termasuk teks yang kita baca sekalipun, akan kita lihat sebagai sebuah gambar. Ketika membaca kata-kata yang pernah kita kenali sebelumnya, maka proses persepsi dan pengenalan akan berlangsung lebih cepat. Ini karena otak sudah menyimpan pola gambar untuk kata-kata tersebut. Inilah mengapa ketika kita membaca teks yang walaupun telah dibolak-balik kita masih dapat mengerti dan memahami. Hal ini membuat saya memikirkan bahwa respon mata ikan itulah yang mampu melihat ancaman berupa alat tangkap, kemudian dapat ia sadari dan merespon dirinya untuk menghindar. 

Lalu apakah kita pernah memikirkan mengenai psikologi ikan? Mungkin jika kalian mendengar pertanyaan ini, kalian akan merasa sangat aneh, tidak masuk akal atau sisi lain mungkin juga beberapa diantara kalian ingin mengetahui lebih panjang mengenai persepsi yang menurut saya (sangat) menarik ini. Yap. Jika kita ketahui bahwa psikologi merupakan sebuah bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan fungsi mental manusia secara ilmiah. Hal yang ingin saya terapkan dari psikologi ikan adalah traumatik pada ikan. Traumatik disini ialah  ketika kita pancing menggunakan kail atau pancingan, kemudian dengan alasan tertentu kita mungkin melepaskannya kembali ke air setelah kita membuat ikan tersebut luka dan berdarah.  Lalu kita memancing kembali dengan proses yang sama dengan sebelumnya dan satu atau lain hal kemudian dilepas kembali.  Hal tersebut yang memunculkan trauma psikologi.  Trauma psikologi merupakan jenis kerusakan jiwa yang terjadi akibat dari peristiwa traumatik. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stress pasca truma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik didalam otak dan kimia otak yang merusak kemampuan seseorang untuk memadai mengatasi stress.
  
Ketika manusia mengalami trauma kekerasan saat masih kecil, cenderung akan mengingat seiring ia tumbuh dewasa. Seringkali seseorang yang trauma kekerasan, ia akan menyimpan dendam kemudian suatu waktu dapat ia lampiaskan kepada oranglain dengan kekerasan pula. Sisi lainnya adapula sikap trumatik dengan melampiaskan kepada hal lainnya  seperti anti sosial, menjauhkan diri dari oranglain atau keluarga, terjerumus dengan narkoba dan alkohol hingga perilaku sex bebas bahkan sex yang menyimpang. Begitu berat bagi seseorang yang mengalami trauma dalam hal traumatik kekerasan. 

Perilaku kita terhadap ikan menjadi kejam ketika kita sebagai pemancing yang menggunakan kail tajam untuk menangkap ikan, kemudian kita lepas kail tersebut sehingga membuat perlukaan pada mulut ikan dan dilepaskan ke air kembali, bisa menjadikan ikan traumatik terhadap respon atau rangsang yang ia lihat. Mata ikan menjadi menangkap benda serupa atau benda yang hampir serupa dengan penyebab “traumatik” menjadi sama-sama mirip. Sehingga si ikan takut untuk mencari makanan kembali, ia dapat berenang menjahui dari benda-benda yang dapat ia tangkap sebagai ancaman bagi si ikan . Bahkan tanpa kita sadari, kemungkinan perilaku tersebut mampu merubah kondisi fisik ikan perlahan yang berujung kematian ikan. 

Mungkin kalian akan berpikir bahwa itu hanya seekor ikan yang memang diciptakan untuk dimakan oleh manusia, bahkan diciptakan sebagai penghias kolam atau akuarium bagi pendapat kalian. Tetapi disisi persepsi lain penulis ingin membuat paradigma lain, ya bahwa setiap mahkhluk hidup dapat kita pelajari sebagai ilmu kehidupan. Kekerasan yang kita perlakukan kepada oranglain, tanpa sadar dapat mempengaruhi pola tingkah laku bahkan sisi psikologisnya. Maka, tidak ada salahanya bukan jika kali ini kita belajar dari ikan, KAN?

Terimakasih,
Salam, Ririn  

NB : Tulisan ini menjadi tulisan terfavorit saat perlombaan "artikel psikologi" tahun 2016 yang diadakan salah satu organisasi anak dunia. Semoga tulisan kali ini bisa menjadi inspirasi lain bagi kamu ya :) 




Tidak ada komentar