Memori Embun Upas Saat Dieng Culture Festival 2018

Embun Upas.

Related image

Datang ke acara Dieng Culture Festival 9 (DCF9) tahun 2018 ini adalah pertama kali bagiku pribadi. Sebenarnya ada rasa antusias yang juga diiringi oleh rasa khawatir. Rasa antusias karena akan menikmati salah satu event besar kebudayaan di Dieng dan adanya rasa khawatir mengingat bahwa bulan Agustus adalah puncak dingin disana. Bagi orang yang memiliki tubuh manja karena cuaca tentu sangat merepotkan. Munculnya rasa gatal dan bersin yang sulit berhenti mejadikan tantangan tersendiri. 

Benar saja suhu di Dieng saat itu sekitar 14 derajat celcius kala siang hari, Bayangkan siang hari saja 14 derajat. Walaupun cuaca cukup hangat namun angin yang berhembus sangat dingin. Jadi teringat, bagaimana saat malam itu, kami keluar dari penginapan ingin menyaksikan salah satu sajian musik di DCF yaitu Jazz diatas awan, suhu mula-mula bekisar 10 derajat celcius pukul 8 malam dan semakin larut suhu di Dieng semakin menusuk kulit, rasanya mala itu ingusku ini membeku juga. Hhee.  Syukurlah panitia menyediakan api unggun dibeberapa titik. Jadi, hal tersebut cukup membantu kami untuk menghangatkan diri. Ada pula tim SAR yang siap bersedia jika ada peserta DCF9 mengalami hipotermia atau hal lainnya. Bersin-bersinku tidak terlalu kambuh, hanya beberapa kali kemudian hilang. Pentingnya minum obat pencegah ya, semacam tablet Rhinos.

Image result for api unggun dcf
menghangatkan diri

Image result for api unggun dcf
panggung DCF9 



menikmati musik dengan ceria (dingin juga)

Pukul 11 malam tiba juga itu, aku dan 2 orang temanku tidak lagi sanggup menahan dinginnya Dieng. Acara padahal belum berakhir, guest star yang kami tunggu yaitu Gugun Blues Shelter akan tampil jam 12 malam, namun ternyata Jenset membeku yang menyebabkan mati listrik sesaat hingga kemudia acara molor 30 menit hingga 2 kali. Informasi yang aku dapat ternyata GBS tampil pukul 1 malam. Rasanya salut dengan orang-orang menyaksikan acara ini sampai kelar. Kalau kami? iya. Kami malah membeli cup noodle untuk menghangatkan diri yang ternyata mienya 5 menit saja sudah dingin kembali. Seakan sia-sia. Haha. Engga kebayang bagaimana GBS tampil dengan suhu sangat rendah, pastinya tangan akan sangat sulit untuk memetikan gitar.  Demi menampilkan yang terbaik.

Image result for gugun blues shelter dcf
Gugun Blues Shelter

Rasa dingin Dieng membuat kami kembali ke penginapan, syukurlah dipenginapan kami tersedia banyak BedCover, sehingga kami bisa menggunakannya berlapis-lapis. Kalau teringat malam itu bagaimana saya tidur. Rasanya lucu juga. Baju 4 lapis, dilapisi jaket tebal, tak lupa pakai kaos kaki 2 lapis, sarung tangan, kerudung tidak lepas, penutup wajah, Tak lupa tentu berdoa. Alhamdulillah saya nyenyak hingga subuh. 

Subuh kami dikagetkan oleh mba Suryatun. Mba Suryatun ini adalah guide lokal yang selalu membantu kami dan memberikan banyak informasi mengenai Dieng. Mba Suryatun mengajak kami berburu Sunrise di bukit skoter. Pagi itu benar-benar dingin. Kabarnya juga semalam suhu -3 derajat celcius (minus tiga), OMAGA! Tak heran pagi itu kami di kejutkan dengan tampilan perkarangan dan tanaman yang membeku dan berwarna putih es seakan telah turun salju semalam saat kami semua tertidur. Namun sebenarnya itu bukanlah salju, melainkan embun yang membeku menjadi es yang dikenal dengan embun upas atau Bun upas.

Sebenarnya apa sih "Bun Upas" itu ?

Kemunculan embun upas yang cantik ini ditandai dengan suhu udara siang di antara 22-24 derajat Celcius dan pada malam hari turun ke minus 5 derajat Celcius. Jadi tidak hanya disaat pancaroba dari penghujan ke kemarau,  saat musim penghujan pun embun ini kadang menampakkan wajahnya juga. Saat suhu sangat dingin, kabut yang datang dari ketinggian biasanya akan berubah bentuk menjadi tetesan air (embun) saat mendekati tanah. Tapi karena suhu yang sangat rendah, kabut langsung terkondensasi membeku dan menempel di pucuk tanaman, membentuk lapisan es.


Aku memotretnya di perkarangan homestay kami
berjalan menikmati dingin pagi itu


Kemudian, rencana untuk ke bukit skoter mencari matahari terbit kami urungkan dan beralih menuju Candi Arjuna dan pelatarannya. Setelah tiba disana ternyata pilihan ini adalah tepat. Komplek Candi Arjuna saat itu sedang diselimuti "salju" dan hal tersebut menjadi daya tarik sendiri bagi kami. Perkarangan candi nampak memutih tertutup oleh es. Sudah banyak wisatawan yang datang ingin pula menyaksikan fenomena menarik ini. Tak lupa banyak juga pers/ media  yang ikut mengabdikan momen ini menjadi bahan berita, syukurlah bukan aku yang diwawancari. Aku masih muka bantal pagi itu. Tapi lumayan juga aku kesorot kamera CNN. wkwkw. Tetep.  

keren yaah. 






Tak heran banyak yang mengabadikan momen ini dengan berswafoto dimana-mana, mencari tempat apik untuk memberi makan sosial media mereka. Dingin namun indah. Fenomena Embun Upas ini benar-benar menarik. Negara tropis yang menjadi dingin. Layaknya Eropa, padahal belum pernah ke Eropa. Itung-itung belajar dulu sebelum kesana. Iyain aja yaaah.  

Setelah masih menikmati pemandangan Dingin ini, matahari pagi mulai menampakkan jati dirinya. 
Udara perlahan mulai (sedikit) hangat. Indah. 





Momen Bun Upas di Dieng kala itu yang sebelumnya hanya dapat aku lihat di televisi dan kemudian menyaksikan langsung rasanya benar-benar berbeda. Takjub. Menikmati sisi lain Dieng yang dingin bersama keriuhan orang-orang yang juga menikmati fenomena ini. Rasanya tak menyesal. Mungkin kamu yang belum berkunjung kesana berencana juga mau menikmatinya tahun depan? Nabung dari sekarang yuk.

Rasakan serunya salah satu event terbesar kebudayaan ini tahun depan.
Jangan lupa beramai-ramai ya.   

Tidak ada komentar